Buletin At-Tauhid edisi 04 Tahun XV
Allah, Yang Maha Memberikan rezeki kepada hamba-hamba-Nya,
telah menjelaskan kunci-kunci rezeki, diantaranya:
1. Beriman kepada Allah Ta’ala
Maka Allah akan melimpahkan berkah kepadanya
2. Bertaqwa kepada Allah Ta’ala
Maka Allah akan memberi jalan keluar, dan rezeki yang tidak ia sangka
3. Bertawakkal kepada Allah Ta’ala
Maka Allah akan memberinya rezeki sebagaimana burung diberi rezeki
4. Memperbanyak istighfar
Maka Allah akan memperbanyak harta dan anak-anak kita
5. Memperbanyak bersyukur
Maka Allah akan menambah nikmat-Nya kepada kita
6. Memperbanyak berinfaq
Allah pasti akan menggantikan harta yang kita infaqkan
7. Memperbanyak silaturahmi
Maka Allah akan melapangkan rezekinya, memanjangkan umurnya
8. Menikah
Jika miskin, maka Allah akan memberikan kemampuan kepadanya
9. Berbuat baik kepada kaum dhuafa
Kita ditolong dan diberi rezeki karena orang-orang lemah diantara kita
Seorang muslim harus memiliki keyakinan bahwa Allah ‘Azza wa Jalla Dialah Ar Razzaq, Yang Maha Memberikan Rezeki kepada hamba-hamba-Nya. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya),
“Sesungguhnya Allah Dialah Yang Maha Pemberi Rezeki Yang Mempunyai Kekuatan lagi Sangat Kokoh” (Q.S. Adz Dzaariyaat : 58).
Allah Ta’ala telah menjelaskan dalam berbagai ayat Al Qur’an dan hadits Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam tentang sebab-sebab rezeki dan kunci-kuncinya, diantaranya sebagai berikut:
1. Beriman kepada Allah Ta’ala
Inilah kunci rezeki yang paling utama, yaitu beriman dan bertaqwa kepada Allah Ta’ala.
Allah Ta’ala berfirman, “Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertaqwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (Q.S. Al A’raaf : 96).
Berkah dari langit ialah berupa air hujan, dan bumi maksudnya berupa tanaman yang tumbuh dari bumi dan diambil sebagai makanan bagi manusia. Lantas bagaimanakah dengan orang beriman yang hidupnya susah di dunia? Imam Qurthubi rahimahullah menjelaskan bahwa kesempitan hidupnya itu akan menggugurkan dosa-dosanya.
2. Bertaqwa kepada Allah Ta’ala
Taqwa yaitu menjalankan segala perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya),
“Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)-Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.” (Q.S. Ath Thalaq: 2-3).
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya seorang hamba terhalang dari rezekinya dengan sebab dosa yang ia kerjakan.” (H.R. Ahmad, An Nasa’i dengan sanad yang jayyid)
Ibnul Qayyim Al Jauziyyah rahimahullah dalam Al Jawabul Kafi menjelaskan bahwa taqwa ialah sebab yang mendatangkan rezeki, sebaliknya meninggalkan taqwa akan mendatangkan kefakiran. Meninggalkan taqwa dengan bermaksiat akan menghilangkan keberkahan umur, rezeki, ilmu, amal, ketaatan, dan menghilangkan segala keberkahan agama dan duniawi.
3. Bertawakkal kepada Allah Ta’ala
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Seandainya kalian benar-benar bertawakkal pada Allah, tentu kalian akan diberi rezeki sebagaimana burung diberi rezeki. Ia pergi di pagi hari dalam keadaan lapar dan kembali di sore hari dalam keadaan kenyang.” (H.R. Tirmidzi).
Hadits ini menjelaskan hakikat tawakkal yang sebenarnya. Bagi sebagian orang, tawakkal berarti meninggalkan usaha dan hanya pasrah berharap rezeki datang dari Allah. Padahal hakikat tawakkal ialah sebagaimana burung yang tetap berusaha mencari rezekinya dengan keluar mencari makan sembari yakin bahwa Allah Ta’ala pasti akan memberinya rezeki.
Dr Fadhl Ilahi membawakan perkataan Imam Abul Qasim Al Qusyairi rahimahullah, “Ketahuilah bahwasanya tawakkal itu letaknya di hati. Adapun gerakan badan itu tidak menafikan tawakkal di hati selama seorang hamba tetap meyakini bahwa rezeki itu dari Allah Ta’ala semata. Maka apabila ia sempit maka itu berasal dari ketetapan-Nya, apabila rezekinya lapang maka itu adalah kemudahan yang datangnya juga dari Allah Ta’ala”.
4. Memperbanyak istighfar
Termasuk amalan yang ringan dilakukan namun besar manfaatnya bagi dunia dan akhirat seseorang, ialah senantiasa beristighfar memohon ampunan kepada Allah Ta’ala.
Ibnu Katsir rahimahullah pernah menjelaskan, “Apabila kalian bertaubat kepada Allah dan beristighfar dan taat kepada-Nya, niscaya akan diperbanyak rezeki atas kalian, diberikan berkah dari langit (yaitu air hujan), ditumbuhkan berkah dari tanah (yaitu berbagai tanaman), diberikan hasil pertanian dan peternakan, dikaruniakan harta dan anak-anak yang banyak, dijadikannya kebun-kebun dengan berbagai buah-buahan di dalamnya, disertai aliran sungai yang mengalir diantara kebun-kebun tersebut”.
Allah berfirman (yang artinya), “…Aku (Nabi Nuh) berkata (pada mereka), “Beristighfarlah kepada Rabb kalian, sungguh Dia Maha Pengampun. Niscaya Dia akan menurunkan kepada kalian hujan yang lebat dari langit. Dan Dia akan memperbanyak harta serta anak-anakmu, juga mengadakan kebun-kebun dan sungai-sungai untukmu…” (Q.S. Nuh: 10-12).
5. Memperbanyak bersyukur
Para ulama menjelaskan bahwa syukur akan mendatangkan tambahan nikmat, baik berupa nikmat dunia maupun akhirat berupa tambahan pahala dari Allah. As Sa’di rahimahullah menjelaskan makna syukur yang terdiri atas tiga rukun, “Yaitu (1) pengakuan hati atas nikmat dari Allah, (2) disertai pujian kepada Allah atas nikmat tersebut, dan (3) menggunakan nikmat tersebut untuk hal-hal yang mendatangkan keridhaan Allah Ta’ala”.
Allah berfirman (yang artinya), “..Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu mengumumkan, ‘Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih…’” (Q.S. Ibrahim: 7).
6. Memperbanyak berinfaq
Maksud dari berinfaq sebagaimana dijelaskan As Sa’di rahimahullah yaitu segala bentuk pembelanjaan harta yang sifatnya wajib (misalnya menafkahi istri dan anak-anak –pent), atau yang sifatnya anjuran (misalnya berinfak di jalan Allah secara umum), baik kepada kerabat , tetangga, orang miskin, anak yatim, atau selainnya. Kesemuanya termasuk dalam cakupan berinfaq, yang Allah Ta’ala janjikan ganti bagi setiap yang berinfaq baik itu ganti di dunia maupun di akhirat berupa pahala dari Allah Ta’ala.
Allah berfirman (yang artinya), “…Apapun harta yang kalian infakkan maka Allah pasti akan menggantikannya, dan Dia adalah sebaik-baik pemberi rezeki…” (Q.S. Saba’: 39).
7. Memperbanyak silaturahmi
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Siapa yang suka dilapangkan rezekinya dan dipanjangkan umurnya hendaklah dia menyambung silaturrahmi.” (H.R. Bukhari dan Muslim).
Hadits ini bukan saja menjelaskan bahwa silaturahmi itu melapangkan rezeki, bahkan ia dapat memanjangkan umur seseorang. Ibn Hajar dalam Fathul Bari menjelaskan bahwa tambahan umur tersebut dapat dipahami sebagai berikut :
- Umurnya berkah dan selalu digunakan dalam ketaatan, digunakan untuk menambah bekal akhiratnya, dan menjaga diri dari berbagai bentuk kemaksiatan. Maka inilah yang dimaksud tambahan umur (betapa banyak kita saksikan orang yang usianya panjang namun habis bukan dalam ketaatan pada Allah Ta’ala, wal ‘iyadzu billah –pen).
- Umurnya bertambah dalam artian sebenarnya, dan kesemuanya itu masih dalam cakupan ilmu Allah. Yaitu misalnya dikatakan kepada malaikat, “Umur si Fulan 100 tahun apabila ia menyambung silaturahmi, dan 60 tahun saja apabila ia memutus silaturahmi.”. Maka kesemuanya tetap dalam cakupan ilmu Allah, tidak ada yang bisa mendahului maupun mengakhirkannya. Wallahu a’lam.
Bukankah diantara rezeki yang amat berharga bagi manusia ialah tambahan umur? Maka marilah kita bersemangat dalam menyambung silaturahmi.
8. Menikah
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam menganjurkan para pemuda yang telah mampu untuk menikah, beliau bersabda, “Wahai para pemuda, barangsiapa di antara kalian yang mampu menikah, maka menikahlah. Karena menikah lebih dapat menahan pandangan dan lebih memelihara kemaluan” (H.R. Bukhari).
Meskipun ia miskin, namun Allah Ta’ala telah menjanjikan jaminan rezeki baginya selama ia mau berusaha dan menempuh sebab-sebab yang disyariatkan. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya),
“Dan nikahkanlah orang-orang yang masih membujang diantara kamu, dan juga orang-orang yang layak (menikah) dari hamba-hamba sahayamu yang laki-laki dan perempuan. Jika mereka miskin, Allah akan memberikan kemampuan kepada mereka dengan karunia-Nya. Dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (Q.S. Nur : 32).
Bahkan sahabat Ibn Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata, “Carilah kecukupan dalam harta dengan menikah.”.
9. Berbuat baik kepada kaum dhuafa
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Bukankah kalian ditolong dan diberi rezeki lantaran orang-orang dhu’afa (lemah) di antara kalian?” (H.R. Bukhari).
Maka barangsiapa yang ingin pertolongan dan rezeki dari Allah Ta’ala hendaknya memuliakan kaum dhu’afa dan berbuat baik kepada mereka dengan menolong mereka, memberi mereka makan, dan berbagai perbuatan baik lainnya.
Semoga Allah Ta’ala mudahkan untuk melakukan amalan-amalan yang mempermudah rezeki di atas. Wallahul muwaffiq.
Penulis : Yhouga Pratama, S.T.
Murajaah: Ustadz Afifi Abdul Wadud, B.A